Ketika pembangunan menjanjikan kemajuan, perempuan pesisir justru merasakan penyempitan ruang hidup. Tanah yang mereka pijak, air yang mereka timba, dan ruang untuk bernapas kini semakin sempit, terdesak oleh proyek-proyek besar yang mengatasnamakan kepentingan bersama.
Dalam edisi terbaru Surat dari Dayah, kita diajak mendengarkan suara dari permukiman pesisir, tempat perempuan menjemur ikan, menimba air, dan menata rumah di atas tanah yang tak pernah benar-benar mereka miliki. Dari sana mengalir kisah tentang kehilangan ruang, sulitnya akses air bersih, dan perjuangan menjaga lingkungan di tengah keterbatasan.
Lewat surar ini kamu bukan hanya tentang sampah dan saluran air, tapi tentang keadilan ruang, tentang bagaimana perempuan pesisir berjuang untuk sekadar tetap bisa hidup layak di tanah sendiri.
Baca selengkapnya di tautan berikut dan rasakan bagaimana suara dari tepi laut ini memanggil kita untuk tidak tinggal diam, ketika ruang hidup perempuan terus menyempit.