Nama saya Siti Maisyaroh, ibu rumah tangga dan buruh pengepul ikan di Kwanyar Barat, Bangkalan. Saya juga wakil ketua komunitas nelayan pesisir. Di sini, perempuan sering dianggap remeh, padahal kami memiliki peran besar dalam menjaga lingkungan dan ekonomi keluarga. Kami menjaga tradisi menangkap ikan dengan jaring pohon kelapa, melestarikan laut melalui ritual Rokat Tasek, dan menghadapi tantangan perubahan iklim.
Rokat Tasek merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan masyarakat pesisir di Bangkalan sebagai wujud syukur dan penghormatan kepada laut. Ritual ini biasanya dilakukan setahun sekali, dipimpin oleh tokoh adat dan diikuti oleh masyarakat, termasuk para nelayan. Dalam ritual tersebut, sesajen berupa hasil bumi seperti padi, buah-buahan, dan ayam, serta hasil laut seperti ikan, dilarungkan ke tengah laut sebagai simbol permohonan keselamatan dan keberkahan dalam mencari nafkah di laut. Tradisi ini bukan hanya bentuk syukur, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem laut, di mana manusia dan alam saling bergantung.
Perjuangan kami sebagai perempuan pesisir bukan sekadar bertahan hidup, melainkan memastikan laut tetap lestari untuk anak cucu. Kami juga melobi dengan damai, memperjuangkan hak kami, dan menolak untuk diabaikan. Melalui upaya kolektif dalam menjaga tradisi dan melawan ancaman kerusakan laut, kami berharap dapat mengubah keadaan dan memberi manfaat bagi generasi mendatang. Bersama, kami yakin bisa mencapai perubahan yang lebih baik.