Setiap pagi, Relawati menyusuri jalanan Desa Bungo, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Di tangan dan kepalanya tergenggam dagangan hasil laut: kerang dara, kerang bulu, kerang batik, dan tiram. Hasil dari tambak, dari laut, dari tangan-tangan nelayan yang sebagian besar adalah laki-laki. Ia menjajakan hasil itu dari rumah ke rumah, kadang ke desa lain saat musim panen tiba.
Wilayah Desa Bungo sebagian besar dihuni keluarga nelayan dan petani. Namun, keterlibatan perempuan dalam aktivitas kenelayanan masih sangat terbatas. Perempuan hanya menyiapkan bekal makan, sementara perawatan kapal, pengisian BBM, hingga penjualan hasil laut dipegang penuh oleh laki-laki. Bahkan, banyak perempuan di desa ini bekerja sebagai buruh pengupas kerang dan udang dari pengepul, bukan dari hasil tangkapan suami mereka sendiri.
Relawati menolak melihat itu sebagai kewajaran. Ia memimpin Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di Bumdesma LKD Sejahtera, aktif di KPPI Demak, dan menjadi Perisai BPJS Ketenagakerjaan untuk menjembatani para pekerja informal, seperti buruh tambak dan nelayan, dengan akses perlindungan sosial yang masih langka di wilayahnya.
Empat tahun terakhir, tantangan semakin berat. Limbah dari hulu mencemari laut dan tambak, merusak ekosistem, dan mengurangi hasil tangkapan secara drastis. Ironisnya, nelayan kini harus “menyewa” laut dengan membayar kepada pihak yang mengklaim kawasan perairan tertentu sebagai miliknya. “Laut bukan milik segelintir orang,” ujar Relawati. Ia mengingatkan kita pada UUD 1945 Pasal 33: kekayaan alam seharusnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Di tengah krisis itu, Relawati tak hanya bertahan. Ia mulai memperluas wawasan dan wacana, salah satunya dengan menggagas studi tentang tanaman Okra. Ia melihat potensi besar dari tanaman ini yang bisa tumbuh di pesisir layaknya mangrove, namun memiliki nilai ekspor tinggi bahkan bisa dijual ke Jepang. Meskipun wilayahnya bukan pesisir langsung, ia berharap ide ini bisa diterapkan oleh masyarakat pesisir lain. Sayangnya, keterbatasan fasilitas, akomodasi, dan dukungan menjadi kendala besar untuk mewujudkan gagasan tersebut.
Meski belum merasa mampu memberi kontribusi besar untuk laut, langkah kecil yang dilakukan Relawati dari mendorong partisipasi perempuan, menjajakan hasil laut, hingga menggagas ide budidaya alternatif menjadi bagian penting dari gerakan perubahan di wilayah pesisir.